Yogyakarta 25 Maret 2009, Pemilu DPRD kota, DPRD Provinsi, DPD, dan DPR RI yang akan dilaksanakan pada tanggal 9 April 2009 di Indonesia diwarnai dengan isu munculnya manipulasi DPT (Daftar Pemilih Tetap) di sejumlah daerah. Banyaknya DPT fiktif memunculkan wacana bahwa ada oknum-oknum tertentu yang ingin memenangkan Partai Politik tertentu untuk kekuasaan dan kepentingan tertentu. Banyak yang menuding KPU tidak siap dalam persiapan Pemilu 9 April 2009, dan KPU yang seolah-olah menutup mata dan mengaggap tidak terjadi apa-apa dalam DPT, sehingga menyebabkan banyak yang menuding bahwa KPU tidak akan mungkin mampu menagani masalah DPT dalam waktu 2 minggu. Akibat dari hal tersebut memungkinkan makin bertambahnya orang-orang yang tidak percaya pada pemerintah, KPU, ataupun Caleg dan bahkan Parpol dan menimbulkan sikap apatis dalam masyarakat. Sehingga disinyalir Pemilu di tahun 2009 masyarakat yang tidak memilih/tidak Menggunakan Hak pilihnya/Golput bertambah. Hal ini juga dikarenakannya banyaknya Parpol dan Caleg yang membingungkan para pemilih, ditambah lagi penggantian cara menggunakan hak pilihnya yang dulunya dengan mencoblos sekarang diganti mencontreng yang sangat membingungkan dan memusingkan bagi masyarakat awam. Alhasil kemungkinan beberapa masyarakat malas datang ke TPU (Tempat Pemungutan Suara) untuk mencontreng. Dan di beberapa daerah ada yang mengancam jika masalah DPT tidak segera diselesaikan maka mereka tidak akan mengunakan hak pilihnya/Golput. Hal ini diperparah lagi dengan sosialisasi yang dirasa amat sangat kurang, masih banyak masyarakat yang belum tahu tentang tata cara pencontrengan, dengan masih banyaknya masyarakat terutama orang tua/lansia yang tidak bisa baca, serta kecilnya bilik suara tempat pencontrengan dan juga font tulisan nama-nama para caleg menyebabkan kebingungan masyarakat dalam mencontreng. Diperkirakan dalam pencontrengan nanti karena amat besarnya kertas suara yang berjumlah 4 lembar akan memakan waktu yang agak lama. Masyarakat yang sudah lama hidup sulit sekarang disulitkan lagi dengan Pemilu 2009. Belum lagi masalah para anggota Legislatif terpilih pada pemilu 2004 yang dalam 1 periode masa jabatannya dari tahun 2004-2009 diwarnai dengan tindakan-tindakan tidak terpuji. Masyarakat disuguhi dengan aksi-aksi para anggota legislative yang sangat memalukan dan kelewatan, dari perkara-perkara kecil tapi besar efeknya yaitu seperti ; Baca Koran saat sidang MPR/DPR, Banyak yang mempunyai acara di luar entah acara keluarga atau acara malas hadir sehingga banyak kursi DPR yang kosong, sms an/ngobrol via HP saat membahas masalah rakyat,
Mungkin karena terlalu banyak memikirkan masalah rakyat sehingga tidak sempat tidur hingga akhirnya kesempatan sidang DPR/MPR yang membahas masalah-masalah rakyat mereka gunakan untuk tidur bersama, bahkan aksi-aksi jalanan seperti berkelahi/gontok-gontokan, adu mulut mereka pertontonkan. Sampai dengan perkara besar yang sangat merugikan Negara, rakyat, dan citra DPR sendiri seperti; anggota dewan terhormat tersandung kasus Narkoba (masak wakil rakyat jadi Bandar Narkoba), saat Istri menunggu dengan setia di rumah eh oknum anggota dewan asyik main perempuan/skandal, dan saat Rakyat Indonesia banyak yang kelaparan, ada rakyat yang sampai makan nasi aking, banyak kelaparan, banyak pengangguran, sebagai bangsa yang bermartabat tapi rakyatnya banyak yang jadi pengemis&pengamen, banyak yang putus sekolah karena beban biaya sekolah/sehari-hari dirasa semakin berat, di Negara yang kaya raya ini masih banyak yang harus berjuang banting tulang/kerja keras siang dan malam demi sesuap nasi angkat sini angkat sana, lempar sana lempar sini, masih saja hutangnya banyak dan selalu bertambah dari hari-kehari, dan pada saat bersamaan pula para wakilnya di Lembaga Legislatif beli mobil baru, Rumah baru, Semua seakan serba baru, makanan-makanan yang enak-enak, taraf hidupnya yang semakin hari-makin naik tapi tega juga minta naik gaji dan lebih hebatnya lagi seakan hatinya tertutup batu dan seakan-akan mudah saja mereka tersangkut KORUPSI. Kapan Negara Indonesia bisa menjadi Negara yang bermartabat dan terhormat, miris juga dan terbelit rasa kesal, marah, jengkel melihat ulah para wakil kita di Senayan. Ya tidak semua begitu, tapi kenyataan menyebutkan banyak yang tersandung kasus-kasus yang sangat memalukan. Mana janji-janji mereka? Disaat Negara sudah di ujung tanduk baru kita bertanya-tanya ada apa sebenarnya di negaraku tercinta. Inilah kenyataan yang harus di terima oleh rakyat Indonesia, hal ini merupakan tentangan sekaligus PR bagi kita semua. Semoga pemilu 2009 melahirkan para wakil rakyat yang amanah, handal, jujur, dan bisa dipercaya.