Berawal dari seorang pengemis yang meminta-minta pada sebuah Toko Electronik. Pagi itu sekitar pukul 09:00 datang seorang pengemis yang meminta uang receh, oleh pemilik Toko diberi uang 500 perak sambil menanyakan kepada pengemis tersebut, sekalian mau tukar uang ada tidak ? jawab pengemis: ada. Pengemis tersebut mengeluarkan uang recehan hasil jerih payahnya, tukar berapa pak, tanyas si pengemis. lima puluh ribu ada. Sambil menghitung uang yang di sebarkan di atas etalase, karena keingin tahuan saya pengemis tersebut saya tanya.
Saya : Maaf pak mau bertanya, apakah uang sebanyak itu diperoleh dari sejak pagi tadi ?
Pengemis : dengan agak sedikit bingung dan malu-malu menjawab "iya'
Saya : karena jawabannya kurang bergitu saya dengar saya memberanikan diri bertanya lagi untuk kedua kalinya dengan pertanyaan yang sama.
Dalam hati saya berfikir baru jam segini sudah dapat segitu banyaknya, bagaimana jika dilanjutkan sampai sore atau malam.
Dilain tempat dan lain waktu, kebetulan karena ban motor saya bocor di bawah jembatan layang, dan kebetulan juga ada tambal ban di sekitar jembatan layang tersebut, maka saya menambalkan ban motor saya di tempat tersebut. Selang beberapa saat ada seorang pengemis yang kebetulan kenal dengan Ibu pemilik tambal ban tersebut mampir untuk berbincang-bincang. Dalam perbincangan tersebut terselip beberapa pembicaraan yang saya ingat.
Ibu pemilik tambal ban : Dapat berapa pak hari ini
Pengemis : Baru sepi ini, hanya dapat Rp. 50.000,-
waw dalam hati saya bertanya-tanya lagi lima puluh ribu dalam sehari masih dianggapnya sepi. Saya membandingkan dengan para pekerja yang bekerja di tempat yang lebih kotor dan berat bayarannya tidak sampai lima puluh ribu dalam sehari. Lalu karena penasaran maka saya bertanya kepada Ibu pemilik tempat tambal ban tersebut.
Saya : Bu maaf, kalau boleh tahu rumah pengemis tersebut mana ?
Ibu : Rumahnya jauh mas, bapak tadi mengontrak kamar kost disekitar sini (tempat kost yang hanya untuk singgah sebentar mengganti baju dinasnya), setiap pagi dari rumah aslinya bapak tadi berpakaian rapi, terus naik Kereta api berangkat kerja menuju tempat kost untuk berganti pakaian dinas (pakaian pengemis)
Saya : lima puluh ribu masih sepi ya bu ?
Ibu : Iya, karena dirumah aslinya bapak tadi baru mempekerjakan pekerja bangunan untuk merenovasi rumahnya (lantainya di keramik) makanya uang segitu masih kurang bila untuk menutupi pembangunan rumahnya.
Saya : hem...
Jargon di beberapa tempat (perempatan jalan) yang bertuliskan "Memberi Bukan Berarti Membantu" ada juga "Peduli Bukan Berarti Membari", masih kalah dengan "Shodaqoh" Memang benar memberi adalah dorongan kemanusiaan dikarenakan perasaan iba. Pesan dari tulisan ini adalah "Bantulah jika memang yang dibantu mau untuk berupaya bangkit menuju kearah yang lebih baik"